Rabu, Februari 27, 2008

Cukup 3 Generasi

Kalau mau mengamati dan mempelajari kronologis kejadian keruntuhan banyak perusahaan Rotan di sekitar kita, akan bisa ditarik benang merahnya, sehingga bisa menjadi pelajaran untuk ke depannya.
Berdasarkan data beberapa pabrik yang saya telusuri sejarahnya, dari mulai berdiri sampai kolaps bahkan runtuh, mayoritas disebabkan karena rasa sayang yang berlebihan kepada pangeran yang akan memegang kendali pabrik. Jadi bisa diringkas seperti berikut, dari awal generasi pertama yang berkecimpung di usaha rotan, kebanyakan dari mereka adalah pekerja langsung, karena kegigihan dan keuletannya mereka merangkak menjadi koordinator bahkan sampai bisa mendirikan perusahaan sendiri, nah didalam mencapai itu semua, bukan hal mudah perlu perjuangan yang sangat keras, jatuh bangun, dan terpaan angin perekonomian yang naik turun. Dalam kondisi yang memprihatinkan ini, generasi pertama banyak melibatkan generasi ke dua, dengan tidak sadar mereka mendidik anaknya, padahal tujuan awal adalah untuk menekan biaya supaya tidak membayar tenaga kerja, tentu saja pahit getir generasi pertama juga dirasakan oleh generasi kedua, tanpa disadari pula intuisi dari generasi kedua juga terasah, selalu jeli menghadapi perubahan2 situasi usahanya. Setelah generasi pertama hilang (-kakek meninggal-), maka Bapak (-generasi kedua-) kini berperan menjalankan roda perusahaan yang sudah mulai mapan, nah kesalahan yang sangat fatal disini adalah pandangan bahwa, jangan sampai anakku mengalami dan merasakan susah payah bapaknya dulu (-krn terjun langsung-), sehingga tanpa sadar dengan cara pandang seperti itu tidak mengasah kejelian si anak terhadap perubahan situasi, sehingga ketika bapak (-generasi kedua-) sudah lengser, maka akan terasa goyangnya perusahaan terhadap terpaan gelombang perubahan situasi ekonomi, meski sebetulnya hal tersebut tidak perlu terjadi.........., bahkan bisa menyebabkan frustasi karena kebingungan bertindak dan menyebabkan kebangkrutan.

Tidak ada komentar: